Hai Guys kali ini bahas band kesukaan saya yaa hehe
Biography The S.I.G.I.T.
The S.I.G.I.T.
memanfaatkan situs jejaring sosial seperti myspace, friendster,
facebook, bebo, dll, untuk mengenalkan lagu-lagu mereka ke seluruh dunia
. akhirnya, lewat internet pula mereka ditemukan oleh salah satu
pemilik label di Australia yang kemudian menawari band ini untuk membuat
album The S.I.G.I.T versi Australia.
The S.I.G.I.T baru
dikenal oleh masyarakat pecinta musik secara luas setelah membuat lagu
untuk soundtrack sebuah film (Catatan Akhir Sekolah) dengan lagu “Did I
ask yer opinion”.
The S.I.G.I.T.
bukanlah nama dari seorang personilnya (yang memang lazimnya nama Sigit
adalah nama orang) atau singkatan dari nama para personilnya, namun The
S.I.G.I.T merupakan singkatan dari “The Super Insurgent Group of
Intemperance Talent”. Mari menyimak kisah Rektivianto Rekti Yoewono
tentang hal yang mendorong dirinya untuk menamakan band-nya The
S.I.G.I.T.: "Awalnya itu, saya kalau lagi nggak ada kerjaan, kalau lagi
di Internet suka ke Google, iseng nyari nama sendiri. "Rekti" kalau di
luar apa ya?,tutur vokalis-gitaris berusia 25 tahun itu. Terus ngetik
nama bapak saya, Sigit. Terus ternyata, Sigit.com itu Science Interest
Group anjing, keren juga ya. Jadi gue cari kata-kata sendiri".
Cerita itu dapat
mewakili sisi intelek sekaligus humoris yang terdapat pada The Super
Insurgent Group of Intemperance Talent, kuartet asal Bandung yang
menggabungkan tema lirik yang kontemplatif dengan musik rock & roll
primitif, di mana Led Zeppelin, The Clash dan The Beatles menjadi
pengaruh utama yang menyatukan selera keempat sahabat ini. Kami
ter-influence lagu-lagu lama, tapi intinya kami memang suka ngerock,
kata bassis Aditya Bagja Mulyana alias Adit, 25 tahun. Bukan ngepop,
karena kami bukan penyanyi yang baik.
Awal Terbentuknya The Super Insurgent Group of Intemperance Talent
Band yang mengusung
garage rock dengan tampilan seadanya yang dibentuk ketika zaman sekolah
setingkat SMP antar teman saling bertemu diantaranya yaitu Rekti, Adit
dan Acil yang kemudian membentuk sebuah band yang mengusung ciri khas
dengan sound dari mulai The Stone Roses sampai dengan Led Zeppelin,
dimana personil band yang selama itu ada saling silih berganti, ada yang
datang ada yang pergi, dengan, kemudian pada tahun 2002, Farri datang
ke dalam band tersebut, dengan kemampuannya dalam “recording dan
arranging” dimulailah mereka untuk menciptakan lagunya mereka.
Mereka berasal dari
perguruan tinggi di Bandung. Rekti saat ini sedang menyelesaikan S2 di
Teknik Lingkungan ITB, Adiet sarjana IT dari Universitas Maranatha
Bandung. KalauAchiel Sarjana S1 Arsitektur Universitas Parahyangan
sementaraFarri sedang studi S2 di jurusan Arsitek ITB. Wah pintar-pintar
yah, calon master yang jago di bidang musik.
Achiel A.K.A Donar
Armando Ekana menjelaskan kenapa bahasa Inggris yang mereka pakai dalam
kata-kata di liriknya karena mereka ingin beda, dan sederhananya mereka
lebih senang main dengan kata-kata bahasa Inggris. “Kalau dengan bahasa
Inggris lebih mudah mendapat gabungan kata, dan maknanya lebih dalam,”
ujarnya.
Hampir semua lagu mereka
kemas dalam bahasa Inggris, tapi bukan berarti tidak ada bahasa
Indonesianya. Di album pertama yang juga berjudul The S.I.G.I.T. dirilis
tahun 2004 banyak juga yang memakai bahasa Indonesia. Di album keduanya
yang berjudul "VISIBLE IDEA OF PERFICTION"
yang dirilis tahun 2006 judul lagu-lagu andalannya seperti Soul Sister
juga dikemas dalam bahasa Inggris. Nowhere End dan All the Time yang
bercerita tentang cinta, walau dengan sudut pandang yang tak biasa. Yah,
begitulah The S.I.G.I.T. memang senang mengekspresikan kata-kata lewat
bahasa Inggris, itu juga karena mereka memang lebih sering manggung di
luar negeri. Seperti di Australia dan Singapura.
Bukan berarti kalau udah
main di dua negara itu terus puas. Mereka masih memendam keinginan
tampil di Texas, Amerika Serikat, dalam ajang South by South West.
“Maret kemarin, mestinya kami main di sana, tapi terlambat mengurus
visa,” ujar Farri, sang gitaris.
Ada sebuah tema besar
yang dapat ditangkap, yaitu ketidakpuasan terhadap kondisi sekitar. Live
in New York bercerita tentang keinginan untuk hijrah ke tempat yang
lebih menarik; New Generation menghujat lingkaran setan yang
menghubungkan malnutrisi dengan kebodohan; dan empat lagu Let It Go,Save
Me,Clove Doper dan Satan State“ adalah komentar terhadap sifat
orang-orang di sekeliling saya, menurut Rekti, yang menyebut politikus,
dosen, tokoh agama dan orang Indonesia pada umumnya. Kalau ada orang
yang mengatakan ˜Saya orang suci, Anda tidak suci, saya membantah semua
orang yang mengatakan bahwa ˜Saya superior dalam bidang tertentu. Bagi
saya, itu adalah sesuatu yang tidak menarik dan tidak penting.
Tak semua lagu
mengandung tema seberat itu. Soul Sister bercerita tentang teman SMP
Rekti dan Adit yang memanfaatkan jasa seorang waria; Nowhere End dan All
the Time malah bercerita tentang cinta, walau dengan sudut pandang yang
tak biasa. Saya pernah mendapat e-mail yang membahas itu, dan itu bikin
semangat untuk belajar lebih banyak lagi tentang bagaimana menulis
lirik, daripada mendengar pujian yang lagu lo ngerock banget! kata
Rekti. Senang sih, cuma itu saya anggap ya udahlah. Bisa berbahaya untuk
diri sendiri. Saya berharap kalau ada yang mendengarkan dan
memperhatikan lirik, apa yang saya maksud bisa sampai, dan kalau
menyampaikan kritik sesuai dengan apa konteksnya.
Sumber : http://www.lorongmusik.com/2013/02/biography-sigit.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar